-->

Aliran-aliran Tarekat di Dunia Islam


Aliran-aliran Tarekat di Dunia Islam

Kemunculan tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Khurasan (sekarang Iran) dan Mesopotamia (sekarang Irak). Sehingga muncul beberapa tarekat, di antaranya:
1.      Tarekat Yasaviyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Al-Yasavi dan disusul oleh tarekat Khawajagawiyah yang didirikan oleh Abd Al-Khalik Al-Ghuzdawani. Kedua tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami dan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi dan Yusuf  bin Ayyub Al-Hamadani. Hingga berkembang, salah satunya ke Turki. Di Turki, tarekat ini berganti nama menjadi tarekat Bektashiya yang identik dengan pendirinya, Muhammad ‘Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy. Tarekat ini sangat popular dan memegang peranan penting di Turki yang dikenal dengan istilah Korp Jenissari.[1]
2.      Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad Bahaudin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhari di Turkistan. Kata naqsyabandiyah berasal dari bahasa Persia dan diambil dari nama pendirinya, yaitu Baha Uddin  Naqsyband Bukhari. Sebagian orang menerjemahkan kata naqsyabandiyah dengan arti pembuat gambar, pembuat hiasan, dan ada pula yang menerjemahkan dengan arti jalan rantai, atau rantai emas.
Tarekat ini merupakan tarekat yang penyebarannya paling luas dan terdapat di wilayah Asia Muslim serta Turki, Bosnia-Herzegovina dan wilayah Volga Ural. Tarekat ini muncul di Bukhara pada akhir abad ke-14. Penyebaran tarekat ini ke daerah-daerah tetangga dunia muslim menghabiskan waktu kurang lebih seratus tahun. Penyebaran tersebut mendapat dukungan dari Mujaddidiyah yang merupakan cabang dari tarekat  naqsyabandiyah.
Adapun ciri yang paling menonjol dari tarekat naqsyabandiyah ini adalah mengikuti syariat dengan ketat, serius dalam beribadah, menolak musik dan tari, mengutamakan berdzikir di dalam hati dan memiliki kecenderungan yang kuat untuk terlibat dalam dunia politik, meskipun tidak konsisten.
Dalam pekembangannya, tarekat ini menyebar ke daerah Anatolia (Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan nama pendirinya, misalnya tarekat Khalidiyah, Murajiyah, Mujadidiyah, dan Ahsaniyah.[2]
3.      Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini berkembang di Mesir. Pendirinya adalah Umar Al-Khalwati. Pada umunya, nama tarekat disesuaikan dengan nama pendirinya, tetapi tarekat ini justru bukan diambil dari nama pendirinya. Nama tarekat ini, khalwatiyah diambil dari kata khalwat yang artinya menyendiri untuk merenung. Pendiri tarekat ini sering melakukan khalwat di tempat-tempat sepi, oleh sebab itu nama tarekat ini adalah tarekat Khalwatiyah.
Secara nasab, tarekat ini merupakan cabang dari tarekat Az-Zahidiyah, Al-Abrahiyah dan As-Suhrawiyah yang didirikan oleh Syekh Syihabuddin Abi Hafs Umar As-Suhrawardi Al-Baghdadi. Tarekat ini berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz dan Yaman. Tarekat ini dibawa ke Mesir oleh Musthafa bin Kamaluddin bin Ali Al-Bakri Ash-Shiddiqi yang lebih dikenal dengan Musthafa Al-Bakri. Musthafa Al-Bakri adalah seorang penyair sufi yang berasal dari Damaskus, Syiria. Ia menerima tarekat tersebut dari gurunya yang bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh Husamuddin Al-Halabi.
Tarekat ini memiliki empat cabang yang cabang-cabang tersebut memunculkan banyak cabang lagi. Empat cabang tersebut adalah:
a.       Tarekat Sammaniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin Abd Al-Karim As-Samani. Tarekat ini dikenal juga dengan nama tarekat Hafniyah.
b.      Tarekat Khalwatiyah
Tarekat ini pertama kali muncul di Turki, didirikan oleh Amir Sultan. Dari rumpun Mesopotamia yang berpusat di Irak, paham tarekatnya bersumber dari Abu Al-Qasim Al-Junaidi yang melahirkan berbagai tarekat dari berbagai garis silsilah. Akan tetapi, yang terkenal adalah tarekat Suhrawardiyah yang didirikan oleh Abu Hafs As-Suhrawardi (632 H/123 M).
c.       Tarekat Kubrawiyah
Tarekat ini didirikan oleh Najmuddin Kubra (618 H/ 1221 M)
d.      Tarekat Maulawiyah
Tarekat ini didirikan oleh Jalaluddin Ar-Rumi (1207 H-1273 M)
Masing-masing tarekat kemudian menumbuhkan banyak cabang dengan berbagai nama yang baru yang disesuaikan dengan nama pendirinya yang tumbuh dan tersebar ke seluruh dunia Islam. Akan tetapi, tarekat Kubrawiyah sangat berkembang di India, sedangkan tarekat Maulawiyah berkembang di Turki.[3]
4.      Tarekat Safawiyah
Tarekat ini didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabili
5.      Tarekat Bairamiyah
Tarekat ini didirikan oleh Hijji Bairan

Dalam periode ini tarekat juga banyak muncul di daerah Mesopotamia. Tarekat-tarekat itu cukup terkenal namun tidak termasuk rumpun Al-Junaid. Tarekat-tarekat itu antara lain:
1.      Tarekat Qadiriyah
Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani (471 H/1078 M). Nama lengkapnya adalah Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Salih Zangi Dost Al-Jailani (470 H/1077 M-561 H/1166 M). Tarekat ini diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia.
Tarekat ini sebenarnya sudah berkembang sejak abad ke-13, namun baru terkenal di dunia pada abad ke-15 M. Bahkan di Mekah, tarekat inisudah berdiri sejak 1180 H/1669 M. Tarekat ini dikenal luwes, maksudnya, apabila sudah mencapai derajat ‘Syekh’, murid tidak mempunyai keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya.
Karena keluwesan tersebut, terdapat puluhan tarekat yang termasuk ke dalam kategori Qadiriyah di dunia Islam, seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-19, Ghawtsiyah (1517), Junaidiyah (1515), Kamaliyah (1584), dan lain-lain, semuanya berasal dari India. Di Turki, terdapat tarekat Hindiyah, Khulusiyah, dan lain-lain. Di Yaman, terdapat tarekat Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah. Di Afrika terdapat tarekat Ammariyah, Bakka’iyyah, dan sebagainya.[4]

2.      Tarekat Syadziliyah
Tarekat ini dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadzili (593-656 H/1196-1258 M). Ibnu Atha’illah As-Sukandari adalah orang pertama yang menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa, dan biografi keduanya sehingga khazanah tarekat ini tetap terpelihara.
Melalui karya-karya Ibnu Atha’illah, tarekat ini mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Akan tetapi, ia tetap merupakan tradisi individualistik yang hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai yang menitikberatkan pengembangan sisi dalam.
Akan tetapi, murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan tarekat ini di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
Salah satu perkataan Syadzili kepada murid-muridnya, “Seandainya kalian mengajukan suatu permohonan kepada Allah, sampaikanlah melalui Abu Hamid Al-Ghazali.” Perkataan lainnya, “Kitab Ihyaa? ‘Uluum Ad-Diin, karya Al-Ghazali akan mewarisi anda ilmu. Sementara kitab Qut Al-Qulub, karya Al-Makki akan mewarisi anda cahaya.”[5]
3.      Tarekat Rifa’iyyah
Tarekat ini didirikan oleh Ahmad bin Ali Abdul Abbas Ar-Rifa’i di Irak pada abad ke-6 H. Ar-Rifa’i adalah seorang tokoh sufi besar yang saleh, ahli hukum Islam (faqih), dan penganut madzhab Syafi’i. Ia hidup sezaman dengan Syekh Abdul Qadir Jailani, pendiri tarekat Qadiriyah. Ajaran dasar tarekat ini ada tiga, yaitu tidak meminta sesuatu, tidak menolak sesuatu dan tidak menunggu.
Sebagaimana tarekat lain, tarekat ini juga berkembang di berbagai pelosok dunia Islam, seperti Turki, Suriah, Mesir dan Indonesia. Penyebar utama tarekat ini adalah Abu Al-Fath Al-Wasiti, murid Ar-Rifa’i. Penyebaran tarekat ini dilakukan terutama di Mesir sehingga tarekat ini berkembang baik di Mesir sampai sekarang. Al-Wasiti wafat di Iskandariyah pada tahun 580 H.
Di Indonesia, tarekat ini terkenal dengan permainan debus dan tabuhan rebana yang dikenal di Aceh dengan nama Rapa’i dan di Sumatera dengan nama Badabuih.[6]



[1] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), 2010, hal. 311
[2] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), 2010, hal. 312
[3] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), 2010, hal. 313-314
[4] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), 2010, hal. 314-315
[5] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), 2010, hal. 315-316
[6] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), 2010, hal. 316

0 Response to "Aliran-aliran Tarekat di Dunia Islam"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

-->