-->

Makalah Gramatika Deskriptif (An Nahwu Al Washfy)




Makalah Gramatika Deskriptif (An Nahwu Al Washfy) 

A.    Morfologi
1-    ((Gambaran lafazh)) meliputi dua elemen dasar: elemen pertama yaitu ((makna)) atau ((makna-makna)), (yaitu hakikat yang diketahui atau ((yang digambarkan))); contoh elemen ini seperti dalam ucapan kita ((pohon itu berbunga)) pengumpamaan pada hakikatnya ((pohon)) dan dalam hakikatnya adalah ((berbunga)); Elemen ini dalam bahas Inggris disebut dengan istilah semanteme[1]; Adapun elemen yang kedua yaitu ((hubungan)) atau ((hubungan-hubungan)) yang membangun pengetahuan-pengetahuan (atau makna-makna), elemen ini dalam istilah linguistik disebut morfem[2]. Teori tentang ((morfem-morfem)) dinamakan dengan ((morfologi)); Istilah ini diambil dari kata berbahasa Yunani morphé yang berarti ((bentuk)) (atau gambar)) – dalam bahasa Inggris form).
1.         Elemen ((morfem)) dalam kalimat ((pohon yang berbunga)) diumpamakan dalam hubungan-hubungan antara ((pohon)) dan ((berbunga)). Maka, berbunga disandarkan pada pohon)), kata berbunga disandarkan pada pohon dengan cara penetapan (penyandaran ini dengan cara yang dalam bahasa Arab direalisasikan dengan banyak bentuk kata: ((pohon yang tidak berbunga)); ((pohon yang tak berbunga)); ((bukan pohon yang berbunga)); ((bukan pohon dengan bunga)); ((pohon yang tidak berbunga)); ((tidak ada pohon dengan bunga))… dan sebagainya). Kata berbunga diidlaafatkan pada yang disandari ketika berbicara (dan sandaran ini ada pada masa bukan pada ssat sedang berbicara, seperti masa yang telah lampau, contoh dalam ucapan kita: ((pohon itu telah berbunga)) dan ((pohon telah berbunga [pada tahun yang lalu])); atau seperti masa yang akan datang, seperti dalam ucapan kita: ((pohon itu akan berbunga –dalam waktu dekat-)) atau ((pohon itu akan berbunga –dalam waktu jauh-))) lalu, jika kata berbunga disandarkan dalam bentuk kata ((tunggal)) (dan kata yang disandari dalam kata berbahasa Arab dalam bentuk tatsniyah, dan dalam bentuk jamak, seperti dalam ucapan kita: dua pohon yang berbunga, dan ((pohon-pohon yang berbunga)) [atau ((berbunga –berbentuk tunggal-)); dan kata ((berbunga)) disandarkan pada kata ((pohon-pohon)) yang tidak ((berbunga)) disandarkan pada kata ((pohon)), karena pohon pada bentuk yang pertama meliputi makna jamak dan sama dengan ((berbunga –jamak-)), baik dalam bentuk kedua, yaitu ((tunggal))]), dan itu berupa kata berbentuk ((tatsniyah)) (dan penyandaran ini sebagaimana disebutkan dalam ucapan kita: ((pohon itu berbunga))); penyandaran ini pun merupakan khabar taqriry (dan pemahaman ini: ((apakah pohon itu berbunga?)), dan ((apakah pohon itu berbunga?)) dan ((pohon itu berbunga?)) dan dalam bentuk tamanny ((ingin sekali pohon itu berbunga)) … dan sebagainya).
Eleman yang pertama sebagiaman telah diisyaratkan kita, elemen ((makna)), ((hakikat)) atau ((gambaran)), biasanya ini dipelajari dengan nama ((kosakata)) atau ((ad dilaalah)) (lihat bab keempat: ilmu makna); adapun elemen kedua yaitu elemen ((morfem-morfem)), itu merupakan bagian dari pandangan nahwu, ini dipelajari dengan nama ((morfologi)).
2.         Ini contoh dari kata berbahasa Prancis: [3]
Les grands arbers du bois ont été abbattus par le bûcheron.
Dalam kalimat ini ada empat elemen ((leksikal)) ditentukan dalam ungkapan berdaasarkan pikiran-pikiran tertentu, yaitu: bucheron, ababttre, arbre, grand ; akan tetapi, makna-makna ini dijelaskan dalam ungkapan-ungkapan tertentu dengan hubungan-hubungan tertentu, pertama, jamak dari Led grands) (arber dalam bentuk tunggal (le grand arbre; dan yang kedua berbentuk mabnii majhuul ont etc) (abbatus dalam bentuk mabnii ma’luum (ont abattus) dan kata kerjanya menunjukkan masa lampau dalam menghadapi masa sekarang (sont abattus) atau masa yang akan datang (seront abattus). Dengan demikian, kita membicarakan tentang ((pembagian-pembagian)) ((menurut ilmu nahwu))[4] khususnya tentang ((bilangan)), ((kata kerja aktif)) atau ((kata kerja pasif)) dan waktu. Dan inilah ((makna-makna)) yang akan diungkapkan secara ((morfemis)): makaLes yang merupakan bentuk jamak dari kata tunggal le, dan kata sambung Z – dalam grands arbres ketika menghadapi –t – dengan bentuk tunggalnya grand arbre.
3.    Lalu, ((morfem-morfem)) yang diambil kemudian diungkapkan dengan cara yang lain dari makna-makna: sesungguhnya morfem-morfem yang diambil untuk diungkapkan berdasarkan hubungan-hubungan antara elemen-elemen ungkapan, maka kata Par merupakan alat yang menunjukkan kata kerja pasif; dan par yang menghadapi a, de, devant dan avec dan sebagainya.
2-   Pembagian Morfem
 Morfem-morfem terdiri dari tiga bagian utama:[5]
Pertama, yaitu yang paling banyak ialah ((morfem)) unsur fonetik; dan unsur fonetik ini terkadang ada yang berupa 1 fonetis, terpotong-potong atau saling memotong.
Kedua, morfem itu terdiri dari kebiasaan unsur fonetik yang diungkapkan dari ((makna)) atau ((deskripsi))); atau dari susunan kebiasaan tersebut.
Bagian yang ketiga dari ((morfem)) yaitu tempat dalam kalimat setiap unsur dari unsur-unsur yang menunjukkan pada makna.
Dan, inilah definisi ketiga unsur tadi.
1.    Morfem  Unsur Fonetik
Kita tahu dari perkataan kita ((telah memukul)), ((saya memukul)), ((dia memukul)), ((mereka memukul)), ((pukullah [laki-laki])), pukullah [perempuan])), ((orang yang memukul [laki-laki])), ((orang yang memukul [perempuan])), ((mereka orang yang memukul)), ((pukulan-pukulan)) (atau perempuan-perempuan yang memukul) dan sebagainya.
Dari semua kata-kata ini kita mengetahui  bahwa ada makna yang menyambung dari makna ‘pukulan’ fi`matan, yaitu unsur yang bersamaan antara kata-kata tersebut yaitu huruf ض, ر, ب. Tetapi kita menemukan kelebihan unsur-unsur fonetik yang terbatas dari bilangan ini, karena adanya kata kerja atau kata benda. Pembatasan itu pun karena dipisahkan oleh jenis gramatikal (yang menunjukkan laki-laki atau perempuan), bilangan (tunggal, menunjukkan pada dua orang atau jamak) dan subjek (orang pertama, orang kedua dan orang ketiga).
Unsur-unsur fonetik ((morfem-morfem)) ini. ((morfem)) yang membatasi bahwa ((dia –perempuan- telah memukul)) merupakan kata kerja yang disandarkan pada kata tunggal orang ketiga yaitu unsur fonetiknya ((ت)). Dalam kata ((dia –laki-laki- memukul)) merupakan morfem, unsur fonetiknya ((ي)) (dan kata tersebut ((telah dijelaskan sebelumnya))[6] membatasi bahwa kata kerjanya disandarkan pada kata tunggal orang ketiga (dalam menghadapi ((engkau memukul)), ((saya memukul)) dan ((dia memukul –perempuan-))).
Kata ((mereka –laki-laki- memukul)) telah membatasi bahwa kalimat tersebut menunjukkan bahwa pukulan tersebut dilakukan pada saat ini dari orang laki-laki yang secara bersama-sama ((…ون)) [uun] (dan itu ((laa hiqqah))[7]) makna-makna ini secara bersama-sama dengan ((yang telah dijelaskan sebelumny)) ((ي)), seperti halnya tetapnya nun morfem dal atas hubungan kata kerja ini dari sebagian kata-kata dalam kalimat yang mengandung kata tersebut.
Kata ((pukullah)) dengan kasrah huruf hamzahnya didalamnya mengandung morfem fonetik yang menunjukkan bahwa dia akan menyukunkan baa` dan mengharakati raa`, bahwa kata tersebut merupakan kata perintah untuk orang kedua tunggal laki-laki, dalam menghadapi kata ((pukullah –perempuan-)) yang membedakan antara unsur morfemis baru  yaitu yaa` di ujung kata yang telah membatasi bahwa perintah disini adalah kepada orang kedua perempuan tunggal.
Kata-kata tersebut, semuanya ((merupakan kata kerja)); dan terdiri dari materi yang satu yaitu ((ض ر ب, yang dibatasi oleh ((hubungan-hubungan)) atau ((morfem-morfem)) tertentu di dalamnya, yaitu ((kata-kata benda)). Maka kata ((orang yang memukul –ضارب-)) membatasi kata bendanya dengan alif di tengah kata dan kasrah raa` ((serta tanwin));alif yang berada di tengah merupakan unsur fonetik penambah dalam hasywi suatu kata (dalam menghadapi frase-frase yang ada pada awal kata, maka kita mendahulukannya dan menyebutnya ((kata-kata benda yang didahulukan)), dan yang ada pada akhir kata, kita menyebutnya ((lawaahiq))): lalu, ((tanwin)) adalah unsur fonetik dari satu fonetik yang ada pada akhir kata (نً) morfem yang menunjukkan bahwa kata tersebut bersifat ((umum)), dalam menghadapi kata ((orang yang memukul –الضارب-)) yang menunjukkan pada bentuk ((khusus)) dengan adanya pemisah di awal kata (الْ) yang dalam hal ini dimasukkan ke dalam huruf dlaad, maka jadilah (اَضَّ), dan kata bendanya tidak bertanwin.
Kemudian, ((perempuan yang memukul –ضاربة-)) dari kata ((laki-laki yang memukul –ضارب-)) bahwa kata yang pertama memiliki dua ciri ((morfem)) yang membatas bahwa jenisnya menunjukkan perempuan; kedua ciri ini yiatu difathahkannya huruf ب dan kata ganti ((تن)) (ة) yaitu ((laahiqah((.
Kemudian, kata ((laki-laki yang memukul –ضارب-)) dan ((perempuan yang memukul –ضاربة-)) yang berbentuk tunggal dan menghadapi kalimat ((dua orang laki-laki yang memukul –ضاربان-)) dan ((dua orang perempuan yang memukul –ضاربتان-)) dengan tambahan ((ان)) di akhir kata dan ((تان)) (serta difathahkan baa`) menunjukkan pada dua orang laki-laki dan perempuan, sebagaimana menghadapi kalimat ini, kata ((mereka laki-laki yang memukul –ضاربون-)) dan ((mereka peempuan yang memukul –ضاربات-)) (atau ((ضوارب))) dengan tambahan ((ون)) dan didlammahkan baa` di awal kata; dan dengan tambahan ((ات)) dan difathahkan baa` pada kata yang kedua, atau dengan memasukkan ((وا)), fathah dlaad dan kasrah raa` (dalam kata ((ضوارب))).
Dari contoh-contoh ini kita melihat bahwa dari morfem-morfem ketika menjadi ((frase))[8] yang bertemu dengan kata ((yang disebutkan sebelumnya)) ada yang menjadi ((laahiqah)) ada juga yang menjadi ((hasywan))[9]. Dalam contoh sebelumnya, ada yang merupakan bagian dari kata dan ada juga kata mustaqillah seperti kataganti ((هما dalam ucapan kita ((هما قالنا)).
Terkadang ((morfem)) berubah, yaitu dalam unsur fonetik. Maka kata ((ليس)) dalam ucapan kita ((ليس محمد فى الدار)) terdapat unsur fonetik yang merupakan kata mustaqillah; ia merupakan morfem yang menunjukkan pada nafi di masa lampau. Ia pun berubah, maka kita mengucapkan: ((ليست فاطمة فى الدار)), ((ليست فى الدار)), ((لستَ...)), ((لستِ...)), ((ليسا فى الدار)), ((ليستا فى الدار)), ((لستما...)), ((ليسوا...)), ((لسن...)), ((لستم...)) dan ((((لستن في ...
Ini merupakan keadaan yang mengandung كان  dan akhwatnya: itu merupakan morfem dari kata mustaqillah dan berubah-ubah.
Dan yang dalam bahasa Arab disebut dengan ((أفعال الشروع)) seperti kata ((شرع)) dan ((أخذ)), itu semua adalah morfem, maka jika kita mengucapkan ((أخذ محمد يبكي)), maka ((أخذ)) tidak hanya dimaksudkan sebagai makna membawa, dan yang tidah hanga bermaksud ((يبكي)) ‘menangis’, namun ((أخذ يبكي)) karena keduanya merupakan satu kata kerja yang menunjukkan pada keadaan menangis dan setiap dua kata kerja yang berubah salahsatunya, maka kedua kata kerja tersebut dipisahkan dengan satu kata atau leih yang tidak terpisah; dikatakan ((aku menangis)), ((kami menangis)), menunjukkan pada orang pertama tunggal serta orang pertama jamak; ((engkau laki-laki menangis)), ((engkau perempuan menangis)), ((engkau berdua laki-laki menangis)), ((engkau perempuan berdua menangis)), ((kalian laki-laki menangis)), ((kalian perempuan menangis)), ((dia laki-laki menangis)), ((dia perempuan menangis)), ((mereka berdua laki-laki menangis)), ((mereka berdua perempuan menangis)), ((mereka semua laki-laki menangis)) dan ((mereka semua perempuan menangis)).




[1]    Dan itu merupakan bagian dari semantik (‘ilm ad dilaalah). Dan … menunjukkan pada bahasa Amerika yang besar dalam bukunya Language dengan istilah sememe. Prof. Ad Dawaakhily dan Al Qashaash menerjemahkannya dari bahasa Prancis semanteme dengan((daal al maahiyah)) (jamaknya: ((ad dawaal al maahiyah)). Lihat contohnya di halaman 105 dari buku ((Al Lughah)) tulisan …….
[2]    Prof. Ad Dawaakhily dan Al Qashaash menerjemahkan kata morfem dalam bahasa Prancis dengan ((daal an nisbah)) (jamaknya: dawaal an nisbah), lihatlah contoh halaman 105 dari buku ((al lughah)) tulisan …., dan lihatlah korelasi kita dalam …. Halaman 34, 35 dari buku ini.
     Dr. Muhammad Manduur menerjemahkannya dengan ((‘aamil ash shiigah)). Dan kita mendapati saat ini penetapan kata ((morfem)), maka ia beserta ‘ajmatihaa memiliki maruunah yang sangat besar dan perubahan dari ((daal an nisbah)) atau ((‘aamil ash shiigah)).
[3] Lihatlah Jean Perrot: La Linguististique; halaman 50.
[4] Grammatical Categories.
[5] Ibid.
[6] Lihat Al Lughah oleh …. halaman 104-112.
[7] Suffix
[8] Affix
[9] Infix

0 Response to "Makalah Gramatika Deskriptif (An Nahwu Al Washfy)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

-->