Makalah Tarikh Adab
Minggu, 14 April 2019
Add Comment
Makalah Tarikh Adab
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sastra
dalam bahasa arab disebut dengan Adab. Dalam bahasa Indonesia adab berarti
kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti; Akhlak (Ali,1994:5). Sastra
adalah bagian dari identitas
budaya yang wujudnya tercermin dalam karya-karya sastra.. Seperti yang
dikemukakan oleh Wahba (1984:34-36) bahwa pada jaman permulaan Islam, adab
berarti peradaban atas pengajaran dan bukti pekerti. Pada abad ke-4 H. adab
diartikan sebagai ilmu, yang bukan agama, tetapi dapat meningkatkan akal
pikiran manusia, baik dari segi social maupun budayanya, seperti yang terdapat
dalam Ikhwan Ash-Shafa’a. Dari arti-arti diatas, tampaknya ada pertalian antara
adab dengan berbagai artinya diatas dengan kata adab yang ada di dalam bahasa
Indonesia. Dengan demikian kesusastraan Arab mempunyai karateristik dan
pengaruh yang besar sesuai dengan peradapan zaman dimasa itu.
2. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dari pada kajian ini adalah kesusatraan pada masa
islam.
3. Rumusan Masalah
Sejalan
dengan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka pokok permasalahan yang
dipertanyakan dalam makalah ini adalah bagaimana karakteristik,
bentuk kesusastraan arab pada masa islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Karya Sastra Islam
Sastra
pada masa islam terbagi dua periode, yaitu periode awal dan periode kedua.
Periode awal dimulai dari zaman Rasulallah sampai zaman Khulafa Ar-rasyidin dan
periode kedua pada zaman Bani Umayah.
a. Periode Rasulallah
Apresiasi
bangsa Arab terhadap kesusastraan dapat ditelusuri dari penghargaan mereka
terhadap para penyair. Tecatat dalam sejarah, dua karya sastra mu'allaqat dan
mufaddaliyat merupakan karya besar sastrawan jahiliah Arab di zaman itu.
Terdapat tradisi unik para penyair di sekitar Ka'bah. Mereka menggantung
puisi-puisi terbaik mereka di dinding Ka'bah sebagai simbol kebesaran dan
kebanggaan suku atau ras masing-masing.
Dalam buku Thabaqat Fuhul asy-Syuara yang ditulis oleh Muhammad
bin Sulam al-Jumahi, disebutkan bahwa peran penyair di masa itu semakin
menjadi-jadi. Diturunkanya kitab al-Qur'an, yang sangat luar biasa estetisnya
pada seorang ummi (buta baca-tulis)
Muhammad, telah memicu kreatifitas para penyair Jahiliyah untuk menyaingi
kedahsyatan estetiknya al-Qur'an, karena itu banyak penyair-penyair ulung
hadir ke tengah masyarakat dengan menjadi nabi-nabi palsu, dua diantaranya
adalah Musailamah al-Kadzab yang melahirkan kitab puisi ma huwal fil (kitab
puisi ayat-ayat katak), sementara Imri'il Qais menulis kitab puisi
ayyuhat ath-thalali al-bali. Selain kedua penyair di atas yang sangat merisaukan Nabi dan pemeluk Islam awal adalah penyair Ka'ab bin
Zuhair. Penyair Jahiliyah yang kesohor ini tidak ingin menempuh jalan yang
sama seperti Musailama dan al-Qais membuat tandingan al-Qur'an akan tetapi, ia mencipta puisi
dengan misi melakukan pembunuhan karakter Nabi. Karena pengaruh puisinya
yang sangat memukau itu, banyak pengikut Nabi yang masih labil, kembali
menjadi musyrik.
Ketika
terjadi penaklukan kota Makkah, Ka'ab, sang Penyair bersembunyi untuk
menghindari luapan amarah para sahabat Nabi. Saat itu saudara Ka'ab yang
bernama Bujair bin Zuhair langsung mengirim surat kepada Ka'ab, yang
isinya antara lain menganjuran agar Ka'ab keluar dari persembunyiannya dan
menghadap Nabi untuk memohon maaf. Anjuran itupun diikuti oleh Ka'ab,
melalui `tangan' Abu Bakar as-Siddiq, di sana ia menyerahkan diri kepada
Nabi. Ia pun sangat terharu dengan sikap Nabi dan sahabt-sahabatnya, yang
pada waktu itu tidak saja memberikan pintu maafnya, akan tetapi,
mereka menyambut dengan baik kehadirannya, bahkan semua yang hadir pada
waktu itu memberikan salam hormat yang tinggi kepada dirinya. Saat itu
pulalah Ka'ab insyaf lalu bersyahadat. Ka'ab memeluk Islam di depan Nabi.
Rasa hormat Nabi kian bertambah, sampai-sampai beliau melepaskan burdah
(sorban)-nya dan memberikannya kepada Ka'ab. Sejak itu, Ka'ab langsung
menggubah puisinya yang sebelumnya berisi penghinaan menjadi pujian-pujian
yang sangat indah, puisi gubuhan itu sangat dikenal dengan sebutan Banat
Su'ad (Putri-putri Su'ad), terdiri atas 59 bait (puisi). Kasidah ini
disebut pula dengan qasidah burdah, yang kelak diabadikan oleh kaligrafer
Hasyim Muhammad al-Baghdadi di dalam kitab kaligrafi-nya, Qawaid al-Khat
al-Arabi.
Pada saat itu juga Rasulullah SAW melarang umatnya untuk membuat puisi karena di khawatirkan
tercampur oleh ayat-ayat al-quran.
b. Periode Khulafa Arrasyidin
Sejarah sastra arab, mencatat banyak penyair-penyair Mu’allaqat,
diantaranya adalah tujuh orang yaitu :
Ø
Ibnu al-qais bin Haris al-kindi (500-540)
Ø
Zuhair bin abu sulma al-muzani (530-627)
Ø
Al-nabigah al-zubiani (sekitar 604)
Ø
Labid bin Rabiah al-amiri (560-661)
Ø
Tarafah bin abdul bakri (543-569)
Ø
Antarah bin Syaddad al-bakri (sekitar 580)
Banyaknya sastrawan-sastrawan
arab ini menunjukan bahwa sastra pada saat itu sudah sangat terkenal dan
menjadi budaya orang arab dan orang arab sangat menghormati sastrawan.
c. Periode Bani Umayah
Kebanyakan
masyarakat dan Khalifah Bani Umayyah mencintai syair. Pada masa itu lahir
beberapa penyair terbesar, seperti Ghayyats Taghlibi al-Akhtal, Jurair, dan
al-Farazdak. Kota-kota yang menjadi pusat kegiatan ilmu, pada masa Daulah Bani
Umayyah, masih seperti zaman khafa al-Rasyidin, Yaitu kota Damaskus, Kufah,
Basrah, Mekkah, Madinah, Mesir dan ditambah lagi dengan pusat-pusat baru,
seperti kota Kairawan, Kordoba, Granada dan lain-lainnya.
2. Karakteristik
Kesuasastraan Masa Islam
Karateristik kesusastraan Arab pada
masa permulaan Islam menggambarkan tentang kehidupan masyarakat islam yang
gemilang, jauh dari kekacauan, beraroma keikhlasan, terlihat cahaya tauhid dan
semangat yang tinggi dalam menghadapi kesulitan.
Pada
masa sekarang, prosa Arab hanya ada dua, sedangkan pada masa Jahiliyah ada enam
prosa Arab. Hal ini disebabkan masyarakat muslim sudah gemar membacakan sastra
Arab dengan diiringi musik sehingga karya sastra yang terlalu panjang teksnya
mereka malas untuk membacanya. Pada masa permulaan Islam ini, sastra Arab
berperan penting untuk menyebarkan islam, karena para penyair berdakwa dengan
menggunakan berbagai bentuk karya sastra. Karateristik sastra Arab pada masa
Jahiliyah dan permulaan Islam hampir sama. Karena sastra Arab pada masa
permulaan Islam merupakan perluasan atau pengembangan dari sastra Arab pada
masa Jahiliyah. Hanya pada permulaan Islam sastra sebagaian besar digunakan
untuk berdakwah.
3. Tema Kesusatraan
Masa Islam
Tema-tema
zaman Jahiliyah ada juga yang masih dipakai pada zaman permulaan Islam seperti :
a. Al-Washt, tetapi deskripsinya tidak lagi menggambarkan
tentang minuman keras, judi, tempat-tempat minum, melainkan segala sesuatu yang
tidak termasuk dalam kategori yang tidak diharamkan.
b. Al-Ghazal, tetapi yang dideskripsikan bukan dari segi
yang negatifnya, melainkan dari akhlaknya yang mulia.
c. Al-Fakhr, tetapi yang digambarkan
bukan lagi membanggakan diri tentang keturunan.
d. Al-Madahu, tetapi bukan pujian yang
berlebih-lebihan.
e. Al-Hija’, tetapi bukan cemoohan yang
jelek dan yang menyebarkan permusuhan dalam masyarakat.
f. Ar-Ritsa, yaitu ratapan
terhadap para syuhada yang wafat dalam perjuangan menyebarkan agama Islam.
g. Dakwah Islam. Tema ini dibedakan
lagi menjadi tema :
Ø
Agama Islam, kaum muslimin, Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan para khalifah.
Ø
Kemuliaan
Akhlak, jalan yang lurus, kekuasaan dan kemuliaan Alloh, menjauhkan diri dari sesuatu yang keji.
Ø
Mendorong untuk berjihat melawan kaum musyrikin, mati syahid
dijalan Alloh, menang melawan musuh dan penyebaran islam.
Ø
mengambarkan tempat-tempat perang dan alat-alat perangnya.
4. Bentuk Kesusatraan Arab Masa Islam
a.
Prosa
1) Khutbah.
Perkembangan khutbah pada zaman ini menduduki posisi yang
paling tinggi, karena khotbah sangat penting untuk melakukan dakwah Islam dan
Jihad. Ciri-ciri khutbah pada zaman ini adalah jauh dari kata-kata asing,
kalimatnya panjang, sajaknya berat, pilihan makna dan idenya baik, dimulai
dengan memuji dan bersyukur kepada Alloh, sholawat pada rosul dan diakhiri
dengan permintaan ampun kepada Alloh, kata-kata hikma dan temanya macam -macam.
2) Kitabah
rasail.
menyurat
mulai berkembang dalam rangka dakwah Islamiyah, pengaturan hokum dan kebijakan
politik pemerintahan islam serta penulisan piagam perdamaian abtar negeri.
Ciri-ciri kitabah pada zaman ini dimulai dengan basmallah dan pujian kepada
Alloh SWT, ucapan salam, dan disusul dengan isi surat tersebut.
b.
Syair
Islam
selalu bersikap kagum terhadap syair-syair yang berisikan kebenaran dan akhlak
yang mulia.
DAFTAR PUSTAKA
0 Response to "Makalah Tarikh Adab"
Posting Komentar